Sabtu, 22 Mei 2010

KONSEP DASAR MANUSIA II

Manusia dan Cinta kasih
Cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pegertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Kondisi internal dan eksternal masing-masing individu sangat memungkinkan memberikan tingkatan pada cinta itu. Sehingga lahir ‘cinta kasih yang rendah’, ‘cintah kasih yang menengah’, dan ‘cinta kasih yang tinggi dan luhur’.
Cinta kasih yang rendah yang hanya sekedar menganggap cinta adalah sebuah rasa yang mesti diekspresikan seketika yang tanpa control dan nilai (absurd). Cinta menengah lahir dikarenakan adanya paradigma bahwa cinta memiliki nilai namun tidak ada control maupun norma yang mengatur aplikasi, nilai dimaknai sekedar pemenuhan hasrat dan rasa. Dan cinta yang luhur adalah Cinta mesra kepada Allah Swt.
Unsur-unsur cinta
1.Kasih sayang
Menurut Mery Lutyens, bahwa kasih saying adalah factual, bukan sentimental yang mengandung emosional yang dapat ditangisi kepergiannya maupun kedatangannya. Memiliki kasih sayang berarti memiliki simpatik, ia bebas dari rasa takut, paksaan dan kewibawaan serta tindakan akal budi pada diri sendiri. Dalam kasih saying, sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut “tanggung jawab”, “pengorbanan”, “kejujuran”, “pengertian”, dan “keterbukaan” sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
2.Kemesraan
Kemesraan dapat diartikan sama dengan keakraban. Kemesraan atau keakraban yang dilandasi rasa cinta dapat muncul dalam sifat-sifat romantic, terutama tampak dalam wujud gerak atau tingkah laku yang sedang bermesraan.
3.Belas kasih
Belas kasih adalah hati yang iba dan rasa sayang atau cinta kepada sesuatu atau seseorang. Dalam menumpahkan belas kasihan, benar-benar harus keluar dari hati yang ikhlas, tanpa pamrih. Dengan berbelas kasihan kita dapat merasakan penderitaan orang yang dibelas kasihi.
4.Pemujaan
Pemujaan merupakan bentuk penghormatan seseorang kepada sesuatu yang tentu akan melahirkan pujian sebagai bentuk apresiasi bahkan boleh dikatakan sebagai bagian dari penghormatan itu sendiri.
Cinta kasih dapat diwujudkan dengan tingkah laku, seperti dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya. Ungkapan dengan kata-kata atau pernyataan, misalnya ungkapan. Aku cinta padamu. Ungkapan dengan tulisan, misalnya surat cinta, surat ibu kepada putrinya. Ungkapan dengan gerak, misalnya salaman, pelukan, dan rangkulan. Ungkapan dengan media, misalnya setangkai bunga, benda suvenir dan benda kado. Ungkapan-ungkapan ini selain dalam bentuk nyata, juga dalam bentuk karya budaya. Misalnya seni suara, seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Manusia dan Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Penderitaan merupakan salah satu risiko dalam kehidupan yang telah digariskan oleh Yang Mahakuasa, disamping kesenangan atau kebahagiaan yang diberikan kepada umat-Nya. Tuhan menciptakan penderitaan atau kesedihan agar manusia dalam keadaan bahagia atau sedih, senang atau menderita, selalu ingat kepada-Nya dan tidak memalingkan diri dari-Nya. Oleh karenanya, itu bersifat ujian. Namun, Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan manusia, seperti yang tertulis dalam Surat
1.Siksaan
Sikasaan dapat diartikan sebagai sikasaan badan atau jasmani, dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Siksaan manusia juga menimbulkan kreativitas bagi orang yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung. Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan, baik berupa berita, cerpen ataupun novel yang megisahkan siksaan. Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan, kita akan dapat mengambil hikmahnya. Karena kita dapat menilai arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal perikemanusiaan, dan sebagainya.

2.Kekalutan mental
Menurut Dra. Kartini Kartono, dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut:
a.Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian, satu organ atau sistem kejiwaan/mental.
b.Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang pathologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausiatif sekunder lainnya.
Beberapa istilah yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan kekalutan mental adalah obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah ketakutan yang selalu membayangi penderitaannya, ia tidak mampu melepaskan dirinya dari ketakutan tersebut dan tidak bisa mengatasinya. Sedangkan kompulsi adalah perbuatan yang disadari sebagai hal yang irrasional (tidak masuk akal), tetapi dilakukan juga di luar kesadaran dari adanya obsesi yang dideritanya.
3.Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
4.Neraka
Antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat.
Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya:
Dan supaya mereka menyiksa orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laiki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dan menyediakan neraka Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Fath : 6)
Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia, memang merupakan beban berat, mengakibatkan seseorang seolah-olah merasa dunia ini benar-benar merupakan neraka dalam hidupnya. Biasanya orang-orang yang terlalu menderita dan putus asa, mengambil jalan pintas yaitu “bunuh diri”. Padahal dengan bunuh diri tidak berarti mereka bebas dari penderitaan, justru Allah SWT. tidak menyukai orang-orang yang bunuh diri karena bunuh diri merupakan suatu perbuatan yang telah melampaui-Nya dalam menentukan nasib.

Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah bagaimana manusia memandang kehidupan atau bagaimana manusia memiliki konsepsi tentang kehidupan. Pandangan hidup antara manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda sehingga timbullah pandangan hisup yang dikelompok-kelompokkan yang disebut dengan aliran atau paham.
Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan manusia pada umumnya. Oleh karena itu, pandangan hidup yang sempurna merupakan wujud kebudayaan yang tidak boleh terlepas dari nilai budaya. Manusia memandang kehidupan yang lain berdasarkan nilai-nilai budaya yang dianggapnya paling baik. Oleh karena itu, dalam masalah dasar manusia dengan waktu, ada manusia yang mengutamakan waktu yang lampau, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang. Pandangan manusia yang berkaitan dengan waktu, wujudnya antara lain adalah cita-cita.
1. Cita-cita
Cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, dengan kata lain cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.dapat atau tidaknya seseorang mencapai apa yang dicita-citakannya bergantung atas tiga faktor. Pertama apakah manusianya memiliki cita-cita; kedua bagaimana kondisi yang dihadapi selama usahanya mewujudkan cita-citanya; dan ketiga seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
2. Kebajikan
Kebajikan mengandung arti perbuatan baik, sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Dengan demikian, kebaikan merupakan suatu tindakan yang bersumber pada kebijakan, yaitu kepandaian dan kemahiran. Kebajikan dan kebajikan erat kaitannya dengan kebijaksanaan, yaitu kepandaian mempergunakan akal budi dalam ,encapai suatu tujuan atau memecahkan suatu persoalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku seseorang terdiri atas tiga hal, yaitu pembawaan, lingkungan, dan pengalaman.
3. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika dipergunakan dalam mengkaji suatu sistem nilai yang ada.
Menurut Van Hoeve, dalam buku Ensiklopedi Indonesia, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sebaiknya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan buruk, segala ucapan harus senantiasa berdasarkan hasil-hsil pemeriksaan tentang peri keadaan hidup dalam arti kata seluas-luasnya.
Norma yang berlaku umum ada tiga, yaitu sopan santun, hukum dan moral. Norma sopan santun hanya berlaku berdasarkan suatu kebiasaan. Norma ini terbentuk menurut pendapat kebanyakan orang sehingga dapat diubah menurut kebutuhan.
Norma Hukum merupakan hukum itu sendiri dan berlaku dalam masyarakat modern, antara lain hukum perdata dan hukum pidana. Seseorang yang melakukan suatu pelanggaran terhadap hukum akan dikenakan sanksi.
Norma Moral adalah nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan moral atau kesusilaan.
Pelaksanaan etika dalam kehidupan bermasyarakat itu berbeda-beda, bergantung dari kebiasaan yang berlaku. Hubungan etika dalam kehidupan masyarakat modern yang sudah kompleks dapat dibedakan menurut bidangnya sehingga dikenal adanya etika dalam kehidupan sosial, etika dalam jurnalistik, dan etika dalam politik.

Sumber:
Bapak Ana Maulana, M.pd,. dosen pengampu mata kuliah ISBD di STKIP Garut
Widyosiswono, Supartono. 1996. Ilmu Budaya dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/25
http://ndry.ngeblogs.com/2010/03/26/hubungan-manusia-dan-cinta-kasih/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/manusia-dan-cinta-kasih-15/
zahir130386.files.wordpress.com/2008/03/manusia.doc

1 komentar: